diam bukan berarti aku acuh
berbagai pikiran silih berganti menghampiri
diam saat ku berfikir
menerobos ruang yang ingin sekali ku ketahui
pendek kata lantas ku kikir bicara
lantas hati yang menggerutu melihat kau, yang kukasihi menangis
air mata perlambang sakit yang kau rasa
karna ku takut kau kan menghilang di depanku
lalu kau kembali dengan rasa yang lain
aku bukanlah orang yang pandai menimbang rasa, cukup bercermin memohon diri
hapuslah kegelimangan cinta yang kau rasa, kembal berdiri dan lihatlah betapa luas dunia bila kau tertawa

-adly mardika-

sesaat aku merasa seperti terengah membaca puisi ini. gimana enggak, puisi ini mirip sekali sama sikap orang yang sekarang sedang dekat denganku.
orang yang banyak bekerja sedikit berkata.
diam yang menghanyutkan
orang yang berhasil membuat aku terkesan karena kemampuannya dan juga sifatnya
orang yang walaupun agak sedikit ga jelas, tapi mempunyai pemikiran yang mendalam, yang berbeda denganku
orang yang membuat semua ini menjadi rumit *atau apakah aku yang berpikir rumit?
orang yang..
yaaah. tak bisa dijelaskan dengan kata kata.
puisi ini mengingatkanku bahwa. semua yang memulai ini adalah dia
bukan berharap, tapi merasa bahwa dia akan seperti itu apabila dia melihat aku menangis
bahwa dia akan memikirkanku sedemikian rupa, dengan caranya sendiri
kita sama sama cuek. muka datar. dan sedikit ga jelas
tapi pemikiranku dan kamu berbeda
sempet galau juga, mau bertahan atau membuka hati untuk yang lain.
tapi aku sadar, semua hubungan ini berjalan dengan sendirinya
kta sendri, yang menjalaninya, tidak tahu akam membawa kemana
aku bukan seseorang yang menuntut, cukup menjalani ini semua.
terimakasih sudah membuat saya lebih sabar, RAF :')